Thursday, December 17, 2009

6000 Km Perjalanan Trainer SIYB ILO-EAST di Sulawesi Selatan (sebuah pengalaman)

Misi : ”Menciptakan wirausaha baru dari anak muda yang putus sekolah , berusia 15 hingga 29 tahun sebanyak 2000 orang di 7 kabupaten : Makasar, Gowa, Takalar, Bantaeng, Wajo, Tana Toraja dan Toraja Utara “



Persoalan dilapangan yang dihadapi ternyata cukup kompleks. Selain masalah lokasi yang berjauhan dan teknis, kita terkadang juga dihadapkan oleh masalah rendahnya latar belakang pendidikan, masalah keluarga dan masalah sosial lainya


Dalam proses pelatihan, sering ditemui Ide Bisnis peserta masih labil, mudah berubah-ubah (sekedar ikut-ikutan) atau bahkan sama sekali tidak punya Ide Bisnis. Dalam kondisi ini, kami harus dituntut ekstra (terutama kesabaran) untuk mendengarkan permasalahan dan mengeksplorasi potensi peserta serta memberikan pencerahan gagasan sekaligus terus memotivasi mereka agar tidak patah semangat mewujudkan bisnis.


Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Salah satu faktor adalah karena kita tidak melakukan proses seleksi dengan benar, jumlah calon peserta sudah ditentukan terlebih dahulu secara instan oleh lembaga mitra proyek kita, sehingga seluruh peserta dapat lulus dengan kondisi apapun. Mereka lupa bahwa SIYB adalah manajemen bisnis dengan persyaratan yang spesifik, tidak semua orang bisa mengikuti pelatihan ini.

Namun demikian, selalu saja ada peserta yang langsung dapat membuka usahanya setelah mengikuti pelatihan kita dan biasanya dilanjutkan dengan kegiatan konsultasi dalam hal perizinan , strategi pendirian usaha maupun kemungkinan mendapatkan dukungan permodalan. Kalau sudah seperti ini, melambung rasanya dan saya membayangkan akan luar biasa hasilnya apabila proses seleksi benar-benar dilakukan dalam pelatihan kita ...

Setelah 6000 Km menempuh perjalanan memyampaikan pelatihan di 7 kota, semakin kami paham bahwa SYB ternyata tidak sebatas kegiatan pelatihan kewirausahaan, melainkan suatu rangkaian kegiatan atau tahapan untuk membentuk atau mencetak seorang pengusaha secara terencana. Dimulai dari pemahaman Pemasaran program SIYB, seleksi peserta pelatihan, analisis kebutuhan pelatihan peserta, desain, implementasi pelatihan dan akhirnya memberikan dukungan setelah pelatihan kepada peserta untuk menyelesaikan rencana usaha dan mewujudkan bisnis mereka. ini adalah siklus yang tidak akan berputar terus, tiada ujung seiring dengan perkembangan bisnis klien kita

Teman,.... kami semakin paham dan sadar bahwa pelatihan hanyalah salah satu rangkaian proses siklus tersebut, selebihnya kita dituntut untuk memiliki komitmen dan kepedulian terhadap sesama serta kemampuan untuk menempatkan diri diantara mereka. Selain trainers, kita dituntut berperan sebagai Problem Solver, motivator dan menjadi teman yang dipercaya oleh mereka. Semangat ini ternyata telah memberikan nuansa tersendiri, karena tampa sadar kita telah turut berperan membantu merancang masa depan mereka ....

Dari catatan seorang teman trainers SIYB – EAST di Makasar - SULSEL














Tuesday, September 29, 2009

3 Pilar dalam Merajut Profesionalisme


Dalam bentangan perjalanan hidup yang terus bergulir, ada baiknya kita mencoba untuk sejenak membincangkan cerita tentang etos profesionalisme. Sebab kita tahu, terbitnya etos kerja yang profesional adalah sebuah rute kunci menuju jalan keberhasilan.

Tanpa dilumuri oleh etos kerja yang penuh profesionalisme, kita mungkin akan mudah tergelincir menjadi barisan para pecudang. Tanpa kesadaran batiniah untuk menjejakkan etos profesionalisme dalam segenap raga, kita mungkin akan segera menjadi insan-insan yang gagap dengan dinamika perubahan. Miskin prestasi, dan absen dari perjalanan panjang menuju manusia produktif, mulia nan bermartabat.

Kalaulah demikian adanya, lalu apa yang mesti diteguk untuk menjadi insan yang kuyup dengan guyuran etos profesionalisme? Disini kita mencoba mengeksplorasi tiga pilar kunci yang rasanya layak dicermati manakala ada asa untuk menjadi insan yang profesional.

Pilar yang pertama adalah achievement orientation. Dulu, seorang sosiolog terkemuka bernama David McLelland pernah menulis : salah satu faktor yang membuat sebuah komunitas/masyarakat lebih unggul dibanding yang lainnya adalah lantaran mereka dipenuhi dengan individu yang punya high need for achievement (atau sering disebut sebagai NAch = need for achievement).

Disini, need for achievement merujuk pada gairah untuk melakoni kerja yang sebaik-baiknya demi terengkuhnya hasil karya yang juga layak dibanggakan. Disana yang muncul adalah sebuah etos, sebuah dedikasi, dan sebuah tanggungjawab untuk meretas prestasi terbaik.

Ketika tugas dan tantangan membentang didepan kita, yang kemudian muncul adalah sebuah niat tulus untuk mentransformasi rangkaian tantangan dan tugas itu menjadi sebuah prestasi kerja yang adiluhung.

Orang-orang yang memiliki High NAch selalu percaya bahwa berderet tugas – apapun tugas dan pekerjaan itu – selalu merupakan sebuah rute untuk mempersembahkan karya terbaik. Dan sungguh, inilah elemen kunci yang mesti dipahat oleh siapapun yang berkehendak menjadi insan yang profesional.



Pilar profesionalisme yang kedua adalah ini : sebuah ikhtiar untuk terus belajar mengembangkan kompetensi diri. Sebuah tekad yang dibalut oleh semangat untuk mempraktekkan prinsip lifetime learning (belajar sepanjang hidup). Bagi mereka selalu akan ada celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri. Selalu akan ada jalan untuk merekahkan pengetahuan, membasuh ilmu dan merajut ketrampilan.

Bagi insan profesional semacam itu, proses belajar mengembangkan kompetensi selalu bisa direngkuh dari segala jurusan. Sebab moto mereka adalah ini : everyone is a teacher and every place is a school. Sebuah kalimat yang indah bukan? Ya, sumber ilmu selalu bisa dijemput dari siapapun – entah dari seorang guru, dari atasan, bawahan, rekan kerja atau dari para pelanggan. Dan sumber ilmu juga dicegat dari lokasi mana saja : dari sekolah, dari perpustakaan, dari pasar yang penuh keramaian, atau dari lingkungan kantor yang selalu penuh dinamika.

Pilar profesionalisme yang ketiga adalah yang paling penting. Pilar itu adalah ruh spiritualitas yang kokoh. Sebab bagi kita, profesionalisme yang paling hakiki hanya akan punya makna jika ia dibalut oleh semangat spiritualisme yang kokoh. Inilah sebuah semangat yang selalu percaya bahwa segenap laku jejak kehidupan profesional kita selalu ditautkan pada pengabdian kepada Yang Maha Mencipta. “Dan sesungguhnya, sholatku, ibadahku, dan hidup matiku hanyalah untuk Tuhan Sang Pencipta Alam”.

Sebab itulah, insan yang profesional tidak hanya cerdas dalam praktek manajemen modern, namun juga mereka yang hatinya selalu rindu akan mesjid (atau rindu pada gereja bagi para umat Kristiani, atau rindu pada pura bagi para pemeluk Hindu). Insan profesional sejati tidak hanya fasih bicara mengenai strategi dan leadership, namun mereka juga senantiasa fasih berdzikir memuja kebesaran Sang Pencipta.

Dan insan profesional sejati tidak hanya tangkas mengelola tugas dan mengambil keputusan, namun mereka juga selalu mau bangun ditengah malam : berkontemplasi, membangun sebuah meeting yang sangat intens dengan Sang Pemelihara Jagat Raya.

Itulah tiga pilar yang menopang bangunan etos kerja profesional : sebuah semangat untuk merengkuh prestasi terbaik, sebuah semangat untuk terus belajar, dan sebuah semangat untuk selalu mengabdi pada Sang Pemberi Hidup. Praktekkan tiga pilar kunci ini, dan Anda pasti akan berjalan menuju Kemenangan Sejati.

Selamat Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin.


disadur dari Yodia Anthariksa

http://strategimanajemen.net


Monday, July 13, 2009

Kenali Peserta Pelatihan Anda

Pagi itu, aktivitas saya dimulai dengan berdiskusi bersama rekan kita dari Ambon . Kami berdiskusi mengenai kesulitan kawan kita ini saat mendesain pelatihan; apakah output pelatihannya peserta menyelesaikan Rencana Usaha (Business Plan) ataukah hanya untuk meningkatkan keterampilan mereka membuat rencana bisnis? Kami juga membahas mengenai Game modul 2 ; permintaan dan penawaran , apakah di berikan atau tidak dalam pelatihannya.

Teman, kita harus mengetahui profil peserta pelatihan terlebih dahulu saat akan mendesain pelatihan, karena dari profil tersebut kita akan menjadi kreatif mendesain dan dengan sendirinya akan dapat menentukan target output pelatihan serta dapat memutuskan apakah game 2 akan diberikan atau tidak. Diibaratkan membuat kue yang berbahan dasar terigu, kita tidak dapat memastikan kue apa yang akan disajikan nantinya, apakah kue bolu kukus, kue tart atau kue lapis, apa bila tidak diketahui bahan pendukung membuat kue tersebut. Kalau pun dibuat sambil berjalan, bisa jadi akan aneh rasanya. Akan tetapi tentu akan berbeda kondisinya apabila bahan pendukung membuat kue sudah kita ketahui sebelumnya.


Demikian pula Pelatihan SIYB, ada hal-hal yang terlihat mudah, sepele dan kecil yang terkadang tidak dianggap penting atau terabaikan, padahal hal tersebut akan menjadi penyanggah utama dalam pelatihan dan juga penting dalam kesuksesan kita dimasa yang akan datang sebagai seorang pelatih. Terkadang kita hanya terfokus pada proses pelatihan didalam kelas dan tampa memperhatikan; siapa pesertanya, seperti apa latarbelakangnya ? apa kebutuhan mereka dalam pelatihan dan berbisnis? Yang menyedihkan adalah kembali membawa mereka kedalam suasana "Bangku sekolah" dan pelatih menjadi seorang penceramah yang menganggap dirinya lebih tahu dibandingkan pesertanya ...

Didalam pelatihan Pendidikan Orang Dewasa, hal tersebut tidak boleh terjadi. Oleh karenanya penting bagi seorang pelatih untuk melakukan tahapan seleksi peserta, analisis kebutuhan pelatihan dan desain pelatihan (berdasarkan proses analisis tersebut ). Apa bila tahapan tersebut sudah dilakukan, maka pelatihan akan lebih mudah diselenggarakan dan tentunya peserta akan puas, sehingga dukungan setelah pelatihan tentunya akan menjadi lebih mudah dilakukan.

Saran saya, jadikan siklus pelatihan SIYB sebagai patokan dalam setiap proses pelatihan (bahkan untuk pelatihan apapun!) . Lakukan setahap demi setahap siklus tersebut dan jangan terburu-buru untuk meloncat melewati tahapan sebelumnya. Jangan dulu pikirkan mengenai desain pelatihan sebelum mengetahui profil peserta pelatihan. Sekali lagi, lakukan dan lewati setahap demi setahap setiap siklus SIYB, kita harus banyak berlatih diri untuk dapat menyampaikan SIYB dengan baik dan menghasilkan pengusaha yang sukses. Kata kunci dalam proses ini adalah : praktek …, praktek…., praktek …dan fokus pada setiap tahapan.

Bagaimana menurut anda?

Salam edwar

Friday, June 12, 2009

Kisah cinta untuk akhir minggu kita


" ...


Malam mulai beranjak pagi dan saya masih saja berkutat menulis treatment syuting. Sebuah sapaan di messe
nger muncul ditengah tengah kebuntuan ide. Ah, dia . Seorang yang pernah mempesona dan menawarkan tempat berlabuh bagi ruang cinta dan rindu.

Kami memulainya sebagai teman, dan ketika harus mengakhiri karena ada tujuan lain dalam perjalanan hidup masing masing, kami tetap bersahabat. Sampai sekarang. Dia memang tak datang di hari pernikahan saya dulu. Dia hanya mengirimkan sahabatnya untuk menyampaikan salam. Tapi ketika anak saya lahir, ia mengirimkan sebuah hadiah yang manis.


Pun saat ia gagal lagi dengan percintaannya - Ia belum juga menikah - saya menemani makan sambil mendengarkan dia berceloteh tentang semuanya, karena ia memang membutuhkan teman bicara.

Ada sebuah misteri yang dinamakan rahasia kehidupan. Kita tak akan mampu menebaknya. Mengapa kadang semua tidak terjadi sesuai skenario terbaik yang telah kita susun. Dalam film Love Affair , di atas pesawat , Mike Gambril berjanji untuk bertemu kembali dengan Terry Mc Kay dalam waktu enam bulan kedepan. Hari, tanggal, jam dan tempat yang ditentukan. Di puncak Empire State Building, New York. Selama waktu penantian, mereka sepakat tidak akan melakuan kontak.

“ if you are not there, I will understand “ kata Mike.
“ No,No. I will be there. But if you are not there. I will understand “. Balas Terry.
Mengapa mereka membuat janji ? Karena sebelumnya mereka telah bertemu pada saat yang salah. Saat mereka masing masing sudah memiliki kekasih sendiri sendiri. Namun siapa pula yang bisa menduga arah datangnya epik cinta. Ia bisa datang pergi dan bias dengan tak diduga. Hubungan mereka dengan pasangannya kandas

Disisi lain ada harapan bahwa masih ada sisa beberapa bulan ke depan untuk menuntaskan janji yang telah mereka buat.

Pada hari dan jam yang ditentukan, Mike datang menuju puncak Gedung. Ia membawa sebuah lukisan yang digambarnya sendiri. Terry memakai syal memandang sebuah gunung.

Sementara Terry berjuang menembus kemacaten New York City, keluar dari taxi dan berlari lari sambil memandang ke atas. Tak sabar sampai di puncak gedung itu. Malang, karena terus melihat ke atas, ia tak melihat jalanan. Ia tertabrak mobil sehingga tak sadarkan diri.
Sore berganti malam dan hujan di puncak Empire State Building. Mike Gambril sendiri termenung sambil membawa lukisan itu. Menunggu dan tetap menunggu sampai petugas satpam mengingatkan bahwa tempat akan ditutup.

A promise in the air. Sebuah musik soundtrack dari Ennio Moriconne untuk film ini. Benarkah Janji yang telah dibuat akan membelenggu ? Padahal ada teman yang mengatakan bukankah cinta justru seharusnya membebaskan.
Kadang kita terlalu banyak berharap dengan sebuah kata yang dinamakan cinta. Berharap bahwa cinta akan membuat kita hidup dan memberikan jawaban atas pencaharian hidup yang selalu kita cari cari.
Kita yang terlalu menyederhanakan permasalahan atas nama cinta. Mungkin tidak sesimpel itu. Cinta itu tidak berpretensi apapun. Ia tidak pernah menuntut dan selalu jujur. Karena cinta hanya untuk cinta.

Menjelang akhir percakapan. Saya lama tercenung ketika menjawab pertanyaannya di penghujung subuh itu.
“ Are you happy ? “ katanya.
Tiba tiba saya teringat penggalan cuplikan dialog Terry MacKay dengan bibinya Mike Gambril yang sudah tua. Saat itu Terry menjawab, “ I guess I’m happy, I have everything I’ve wanted “.
Sang bibi dengan bijak menjawab. Sebenarnya bukan apa yang telah kamu miliki sekarang, tetapi apa yang akan kamu dapatkan setelah kamu memiliki semuanya. The thing is not what you’are having now, but what you get after you’ve got it.

Terlalu lelah hari ini. Kami menutup percakapan subuh ini dengan sopan , dan membiarkan kembali ke kehidupan masing masing. Apapun kelebat masuk dalam pikiran kami.
Barang kali saya akan mendoakannya dalam sholat subuh ini. Agar mendapatkan yang terbaik baginya. Hidup memang terlalu rumit untuk dipecahkan rahasianya.

A promise in the air. Dalam kerudung putih kau tersenyum. Kulepas dipelabuhan hatiku dalam mimpi mimpimu. Bukankah cinta tak harus berakhir dengan perkawinan. Dia dan saya selalu mengerti, tak pernah sekalipun membicarakan masa lalu yang indah. Membiarkan surat surat cinta terpendam dalam pojok pojok laci yang paling dalam.

... "

Ah, ... malam minggu datang lagi teman ...

dari http://blog.imanbrotoseno.com

Monday, April 6, 2009

4 Hal Penting Dalam Pendidikan Orang Dewasa


Didalam tulisan kali ini, saya akan berbagi mengenai 4 prinsip Pendidikan Orang Dewasa (POD) yang penting kita perhatikan saat menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan sebagai berikut;
  1. Hukum kesiapan (The Law of readiness): Orang dewasa dapat dan akan belajar ketika ada kebutuhan untuk mengatahui sesuatu. Bayangkan apa bila kita berdiri dihadapan peserta yang tidak tertarik dan tidak menghiraukan materi yang tengah disampaikan, menyebalkan bukan? Oleh karenanya, penting untuk mengetahui kebutuhan peserta terhadap pelatihan, bila perlu dilakukan seleksi untuk memastikan hanya peserta yang membutuhkan pembelajaran yang hadir mengikuti pelatihan kita. Sebagai fasilitator (trainer), terkadang kita diminta hanya untuk mengisi beberapa sesi tampa mengetahui profil peserta pelatihan terlebih dahulu, apa yang harus dilakukan? Saat memulai sesi, cairkan suasana pelatihan (anda harus terampil dalam hal ini!) lalu tanyakan kepada peserta harapan mereka terhadap sesi yang akan diberikan dan pastikan harapan apa yang bisa diperoleh dan tidak bisa diperoleh peserta dalam sesi kita. Dengan cara ini, setidaknya akan membangkitkan rasa ingin tahu peserta terhadap materi dan membangun konsesus mereka untuk mendukung jalanya proses pembelajaran.
  2. Hukum efek (The Law of Efect): Orang dewasa akan belajar dengan baik di lingkungan yang menyenangkan. Titik kritis dalam poin ini adalah bagaimana memulai pelatihan dengan suasana yang menyenangkan. Cara yang sering dilakukan adalah menciptakan suasana santai dengan memutar lagu yang akrab ditelinga dan menyapa peserta yang baru hadir ketika akan memulai pelatihan. Disesi terakhir (sore hari), sebarkan kuesioner evaluasi harian mengenai perbaikan yang perlu dilakukan pada hari itu (apa bila Inhouse training) dan bacakan ringkasan evaluasi tersebut pada sesi pertama (pagi hari) keesokan harinya. Bacakan komentar-komentar yang kritis, lucu atau mengugah dan respon positif apa yang bisa dan tidak bisa diperbaiki. Hal ini akan efektif untuk membangun kebersamaan dan suasana yang menyenangkan.
  3. Hukum latihan (The Law of exercise) : Orang dewasa akan mudah mencerna pembelajaran dengan melakukannya berulang kali. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah menyampaikan tujuan pembelajaran saat memulai sesi, kemudian menarik poin pembelajaran dan kesimpulan dari peserta saat mengakhiri sesi serta mengkaitkannya kembali dengan tujuan sesi saat menutup sesi. Tuliskan hasil pembelajaran di atas kertas Flipchart dan tempelkan didinding dan jangan dilepas hingga pelatihan berakhir sehingga peserta memiliki peluang untuk membacanya kembali. Diakhir pelatihan ajak peserta untuk memilih flipchart yang paling menarik dan menjelaskan mengapa topik itu menarik bagi mereka. Dengan cara pengulangan seperti ini diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat mempengaruhi perubahan sikap mereka yang sesuai dengan tujuan pelatihan.
  4. Hukum asosiasi (The Law of association) : Setiap fakta, ide, atau konsep baru dapat dipelajari jika dikaitkan atau dihubungkan dengan apa yang telah diketahui peserta dalam keseharian mereka. Saat memulai, sampaikan tujuan sesi, apakah untuk meingkatkan pengetahuan atau keterampilan atau merubah perilakaku peserta pelatihan. Kemudian buka sesi dengan kalimat tanya terbuka, mengapa sesi yang akan dipelajari penting bagi peserta pelatihan? Bangun partisipasi dan dialog, jadikan kita sebagai pendengar aktif dan berempati dengan peserta saat mengemukakan pendapatnya. Apa bila ada sesuatu yang tidak jelas, lakukan pengulangan, mentalah tanggapan atau tanyakan pendapat dari peserta lain. Arahkan proses diksusi menuju target pembelajaran dan ajak peserta untuk membuat kesimpulan. Dalam POD, peserta biasanya akan senang berbagi pengalaman dan memberikan pendapat , oleh karenanya Keterampilan memfasilitasi mutlak dibutuhkan dalam proses ini
Teman, perhatikan 4 hal ini dalam pelatihan anda, pastikan anda mengetahui profil peserta, persiapkan tim kerja anda saat memulai dan menjalankan pelatihan, lakukan pengulangan pembelajaran dengan menggunakan metode dan alat bantu yang tepat serta bangun partisipasi dan dialog dengan peserta. Apa bila 4 hal ini dapat dilakukan, maka peserta akan mendapatkan sentuhan dan pengalaman pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan .

salam
edwar

Monday, March 30, 2009

Pelatihan Entrepreneur, mengapa harus metode pendidikan orang Dewasa?

Pernah mendengar Andragogy ? Dalam bahasa kita diterjemahkan “Pendidikan Orang Dewasa”, suatu metode pelatihan yang lebih mengutamakan proses saling berbagi pengetahuan (Sharing of Knowledge) antara pelatih dan peserta. Dalam proses pelatihan ini, peserta akan menjadi sumber pembelajaran utama,

sedangkan pelatih lebih dominan berperan sebagai fasilitator untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga akan efektif meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap peserta pelatihan menjadi seorang entreprenenur yang tangguh.

Lalu, mengapa dalam pelatihan entrepreneur harus menggunakan pendidikan orang dewasa? Setidaknya ada 2 alasan ;

  1. Karakteristik. Seorang pelaku usaha (yang berpotensi menjadi seorang entrepreneur) biasanya mempunyai kepribadian yang kuat dikaitkan dengan bisnisnya. Pada tahap awal, ambisi perusahaan akan sama dengan ambisi pribadi, sehingga untuk mengembangkan bisnisnya juga harus dikembangkan pribadinya. Oleh karenanya, isu Pemberdayaan Usaha Kecil tidak akan terlepas dari isu pemberdayaan manusianya, tidak cukup hanya bisnisnya saja. Hal ini sangat prinsip namun sering sekali terabaikan.
  2. Linkungan. Budaya dan lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap seorang entreprenenur, mereka akan lebih mudah belajar dari proses bekerja (aktif) dalam lingkungan yang dinamis dan memberi sugesti positif dalam proses pembelajaran. Kata kunci dalam hal ini ; " Pembelajaran adalah proses perubahan sikap yang dihasilkan dari pengalaman, secara berulang-ulang ", peserta pelatihan harus diposisikan sebagai subyek atau pelaku utama, bukan obyek .
Berkatian dengan 2 hal tersebut diatas, pelatihan dengan menggunakan Metode Pendagogy (pengajaran) yang bercirikan : satu arah dan pelatih sebagai sumber utama pembelajaran tidak akan pernah berhasil menciptakan seorang entrepreneur. Pelatihan dengan metode ini hanya akan menjadikan pesertanya merasa digurui , menjadi pendengar pasif atau bahkan tertidur didalam kelas.

Lagipula, .... bag
aimana mungkin menjadi entrepreneur yang tangguh apa bila belajar dari seseorang (pelatih) yang bukan pelaku bisnis? Apalagi tidak pernah berbisnis!

Monday, March 23, 2009

BAGAIMANA MENJADIKAN ASOSIASI KUAT?

Teman, anda aktif dalam keanggotaan asosiasi? Manfaat apa yang anda peroleh dari asosiasi? Apa bila anda dapat menjawab 2 pertanyaan tersebut, maka ini bertanda baik bagi asosiasi dan keanggotaan anda. Karena asosiasi idealnya didirikan secara sukarela oleh anggotanya untuk mencapati tujuan bersama, saling menolong dan saling mendukung untuk mengembangkan dan meningkatkan lingkungan usaha anggotanya.


Bagaimana mengeloa asosiasi menjadikan kuat dan eksis? Setidaknya ada 3 hal (sederhana) harus diperhatikan namun sering sekali terabaikan. Pertama; Apa alasan mendirikan asosiasi ? Jawaban mendasar dari pertanyaan ini harus berangkat dari permasalahan anggota, tidak cukup hanya bersumber dari tujuan asosiasi, atau misi atau visi yang cendrung “konseptual" . Selain tajam, jawaban yang bersumber dari permasalahan yang tengah dihadapi calon anggota tersebut akan mencerminkan misi dan bentuk layanan yang akan diberikan asoisasi terhadap anggotanya.


Kedua; Bagaimana menarik anggota?
Misi dan bentuk layanan yang jelas akan mempermudah proses recruitment anggota. Akan terjadi seleksi alam, karena hanya anggota yang merasa akan mendapatkan manfaat yang akan mengajukan diri bergabung menjadi anggota secara sukarela. Tahap berikutnya, pengelola harus kreatif saat melakukan proses penerimaan anggota, misalnya dengan membuka stand penerimaan anggota (open days) atau memberikan harga promo iuran saat pendaftaran atau dengan mencoba terlebih dahulu manfaat asosiasi baru mendaftar. Semakin kreatif dalam proses penerimaan, maka akan semakin kuat image asosiasi terbangun.


Ketiga; Bagaimana mempertahankan anggota asosiasi?
Setidaknya ada 3 hal yang perlu dilakukan untuk mempertahankan anggota asosiasi. Pertama adalah dengan Tangibel benefit, bagaimana asosiasi dapat memberikan manfaat yang langsung dirasakan oleh anggota berdasarkan bentuk layanan yang telah disepakati. Kedua adalah dengan menyelenggarakan pertemuan rutin (regular meeting) untuk membahas isu-isu anggota yang berkaitan dengan misi asosiasi dan Ketiga adalah dengan upaya mengakomodasikan suara aggota
Apa bila ketiga pertanyaan mudah tersebut dapat dijawab dengan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic dan Time bond), maka sepertinya asosiasi akan dapat eksis di tengah-tengah anggotanya.

Salam

edwar

Monday, March 9, 2009

Dibutuhkan Soft–Skill untuk menjadi seorang entrepreneur tangguh

Saya mempunyai teman yang memiliki usaha dibidang kerajinan Quilt atau kain perca, yaitu produk yang terdiri dari potongan kain kecil-kecil yang disusun sedemikian rupa menjadi badcover. 30% proses produksi menggunakan mesin dan 70% dikerjakan oleh tangan-tangan terampil (handmade) yang sebagian besar dari kalangan wanita disebuah desa di kaki gunung Cikurai. Produk teman kita ini mendapat apreasi yang tinggi dari kalangan expatriat dan sudah 2 tahun kebelakang pasar utamanya diminati oleh komunitas Korea Selatan.

Namun yang mengherankan, mengapa perusahaan ini tidak tumbuh menjadi mapan dan besar? Berbagai pelatihan kewirausahaan dari pemerintah maupun lembaga pelatihan sudah diikuti, tetapi tetap tidak membantu. Ada apa dengan teman kita ini?


Saya teringat dengan salah satu referensi mengenai entrepreneurship (sorry bro, saya lupa sumber referensinya!) bahwa kompetensi seseorang itu terdiri dari dua hal yaitu Hard-skill dan Soft-skill. Hard-skill terdiri dari Knowledge (pengetahuan) dan Know-how (Keterampilan), cerita teman kita diatas sudah memiliki 2 hal ini, dia memilki pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan-pelatihan dan berbagai referensi mengenai dunia bisnis serta memiliki keterampilan membuat produk kain perca.

Namun satu hal lagi yang penting dan sering terabaikan adalah Soft-skill, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan mental, diantaranya adalah jiwa entrepreneur atau kemampuan untuk menciptakan nilai tambah diatas keterbatasan. Oleh karenanya, seorang entrepreneur akan identik dengan karakter diri, sikap berani menanggung resiko, kreatif, inovatif, tangguh dan sebagainya.

Bisa jadi teman kita ini tidak memiliki kompetensi Soft-skill, orientasi bisnisnya hanya sekedar memenuhi pesanan, menjual dan mendapatkan keuntungan sehingga tidak berkembang. Ia hanya memperhatikan produksi, tidak kepada mengembangkan pasar atau manajemen bisnis lebih luas. Contoh kecil yang sering terjadi berkaitan dengan mental ini adalah tidak disiplin diri memisahkan uang perusahaan/bisnis dengan uang dapur, sehingga pemupukan modal untuk berkembang (ekspansi) tidak dilakukan.


Kondisi ini sudah menjadi cerita klasik Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sering kita temui UKM (tidak dibaca: Usaha Kurang Meyakinkan!) yang memiliki produk dan pangsa pasar yang prospek tetapi memiliki permasalahan klasik berulang-ulang, sehingga hidupnya tetap tidak berubah dari tahun ke tahun, bahkan semakin terlindas oleh persaingan bisnis yang semakin spesialis dan semakin kompleks (hyper competitive) akhir-akhir ini. Mereka ini bukan entreprenenur, tetapi pengusaha atau seseorang yang melakukan /memiliki usaha.

Oleh karenanya, untuk menjadi seorang entrepreneur yang tangguh tidak cukup hanya berbekal pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga perlu disertai dengan masalah mental, khususnya jiwa yang dapat menciptakan nilai tambah.

Salam
edwar

Friday, February 27, 2009

Sebuah Renungan tentang SUKSES

Disajikan kembali dari e-mail seorang sahabat, namun tidak tercantum siapa yang menulisnya. But it is really nice to read...

Sukses itu sederhana, sukses tidak ada hubungan dengan kekayaan. Sukses itu tidak serumit, serahasia seperti kata Kiyosaki atau Tung Desem Waringin atau the secret. Sukses itu tidak perlu dikejar, SUKSES adalah ANDA! Karena kesuksesan terbesar ada pada diri Anda sendiri ...

Sukses terjadi setiap hari, terkadang kita tidak pernah menyadarinya.

Saya sangat tersentuh ketika menonton film Click! yg dibintangi Adam Sandler. Begitu sibuknya si Adam Sandler ini mengejar kesuksesan, ia sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk anak & istrinya, bahkan tidak sempat menghadiri hari pemakaman ayahnya sendiri, Keluarga nya pun berantakan, istrinya yang cantik menceraikannya, anaknya jadi tidak mengenal siapa ayahnya... Diakhir cerita, ada kata-kata yang sangat menyentuh ... "Family comes first", ujar sang ayah.

Sering sekali sukses dibiaskan oleh penulis buku menjadi hal yg rumit dan sukar didapatkan… Padahal, sukses tidak melulu soal harta, rumah mewah, mobil sport, jam Rolex, pensiun muda, menjadi pengusaha, punya kolam renang/helikopter & resort mewah di Karibia...

Saya kira, rasa sukses memiliki arti yang berbeda dan lebih dalam. Sukses adalah mencintai & bangga terhadap diri kita sendiri, mengerjakan apa yang kita sukai kapan saja dan di mana saja ....
Sukses sejati adalah hidup dengan penuh syukur atas segala rahmat Tuhan, sukses yang sejati adalah menikmati & bersyukur atas setiap detik kehidupan kita. Pada saat gembira, gembira sepenuhnya, sedangkan pada saat sedih, sedih sepenuhnya, setelah itu kita sudah harus bersiap lagi menghadapi episode baru lagi.

Sukses adalah menjadikan hidup lebih baik dari hari-hari sebelumnya ...

Sukses itu tidak lagi menginginkan kekayaan ketimbang kemiskinan, tidak lagi menginkan kesembuhan ketimbang sakit, sukses sejati adalah bisa menerima sepenuhnya kelebihan, keadaan, dan kekurangan. Apa adanya dengan penuh syukur.

Mari menikmati sukses dengan menghabiskan waktu kita yg sangat berharga ini untuk sungkem kepada orangtua yg begitu mencintai kita, memeluk hangat istri/kekasih kita, mengatakan "I love you" kepada org2 yang kita cintai: orang tua, istri, anak, sahabat2 kita. Mari lakukan ini selagi kita masih punya waktu, selagi masih sempat. Kita tidak pernah tahu kapan akan meninggalkan dunia yang fana ini, mungkin besok pagi, mungkin nanti malam, LIFE is so SHORT.

Mari luangkan lebih banyak waktu untuk melakukan hobi kita, entah itu bermain bola, memancing, menonton bioskop, minum kopi, makan makanan favorit Anda, berkebun, bermain catur, atau berkaraoke ...

“ … kita semua hanya bisa menjalani hidup yang telah menjadi bagian kita dengan cara yang sebaik-baiknya dan selalu bersyukur atas apa yang sudah kita peroleh. Sekecil apapun itu.... Have a nice day ... “


Salam
edwar

Monday, February 23, 2009

Hal menarik dari isu Industri Kreatif

Teman, cukup menarik mengikuti perkembangaan isu “Industri Kreatif” yang dicanangan oleh pemerintah akhir-akhir ini. Mengapa menarik ? Karena industri kreatif ini memiliki daya saing global yang berpotensi untuk terus dikembangkan. Menurut salah satu sumber, Industri kreatif di Indonesia sampai tahun 2007 telah menyumbangkan 5% produk domestik bruto/PDB, dan diharapkan akan mengalami peningkatan sampai 10% di tahun-tahun mendatang, untuk mengimbangi perkembangan industri kreatif dunia yang saat ini telah mencapai rata-rata 20% dari total PDB di Negara maju. Industri ini telah menjadi potensi sumber Devisa yang tidak akan pernah habis dibandingkan sumber daya lainnya, karena Industri Kreatif bertumpu pada bakat, keahlian dan kreatifitas … sumber daya harapan kita dimasa yang akan datang.

Menarik, karena disatu sisi komunitas industri kreatif beranggapan bahwa program pemerintah ini berpotensi tidak menyentuh mereka. “Terus terang, kita ini sulit mengakses pemerintah kota (Bandung) untuk mensosialisasikan hal ini. Selama ini kita masih sulit ngobrol dengan pengelola kota. Ngobrolnya masih underground, masih sesama kita saja. Susah sekali ngobrol dengan pemda" jelas Ridwan salah seorang pelaku industri kreatif di Bandung.

Simak pula tulisan Imam Brotoseno mengenai Creative Industry Indonesia; “Dalam seminar dan diskusi yang membosankan itu, jelas sudah bahwa Pemerintah tidak punya visi bagaimana memahami industri kreatif itu. Bayangannya otak - otak manusia Indonesia harus kreatif, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan memajukan ekpsor. Pemerintah hanya tut wuri handayani. Padahal tidak sesimpel itu. Ada hal hal yang perlu dipikirkan mulai law enforcement, birokrasi dan apresiasi. Belum masalah disintegrasi antar Departemen yang amburadul. Sampai sekarang Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Kementerian Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informasi, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata belum memiliki pemetaan tentang industri kreatif.

Perlu kita ketahui, Industri kreatif di Bandung (sebagai barometer) salama ini tumbuh dari semangat komunitas yang dilakoni oleh anak-anak muda (baca: semangat industri kreatif Bandung ... ). Sebagian besar komunitas ini berbasis IT, fashion, musik, desain dan sastra, hingga masyarakat urban. Anak-anak muda di kota ini memiliki talenta, meskipun terkadang tidak beruntuk dari segio pendidikan formal. Selama ini mereka tumbuh tampa dukungan donasi atau batuan dari pemerintah.

" ... betapa beruntungnya kota Bandung ... " komentar seorang pelaku bisnis kreatif.


Teman, program pemerintah kali ini berhubungan dengan anak-anak muda yang kreatif (creative) atau memiliki kemampuan untuk mencipta. Mereka ini identik dengan talenta, pekerja keras, pantang menyerah, kemampuan mengidentifikasi masalah serta solusinya secara mandiri. Mereka terkadang melek informasi, kritis dan juga idealis. Oleh karenanya, pemerintah juga harus kreatif untuk mengembangkan industri Kreatif ini.

Pertanyannya (yang juga perlu kita renungkan) : apakah pemerintah akan bisa kreatif membangun Industri kreatif ?

Friday, February 20, 2009

Apa itu SIYB?


Start & Improve Your Business adalah pelatihan Manajemen Bisnis yang diadaptasikan dari dari sebuah paket pelatihan bernama "Look After Your Firm" (Jaga Perusahaan Anda) oleh Federasi Pengusaha Swedia di tahun 1970an. Program ini dikembangkan oleh ILO dalam sebuah kerja sama teknis ILO di Fiji dan kemudian diadopsi oleh lebih dari 80 negara (Afrika, Eropa dan Amerika Selatan) yang kemudian dikenal dengan Start and Improve Your Business (SIYB).

Di Indonesia, program ini diperkenalkan ILO pada tahun 2002 dalam program pendidikan kewirausahaan yang diadaptasikan oleh lembaga-lembaga pendidikan, LSM, dan lembaga-lembaga swasta lainnya sebagai paket pelatihan untuk membantu calon entrepreneur mempersiapkan dan mewujudkan bisnis mereka.

Mengapa SIYB
?

SIYB percaya bahwa seorang entrepreneur bisa dibentuk (selain dilahirkan) melalui suatu proses pelatihan yang menekankan pada 3 hal target pembelajaran :

1. Peningkatan pengetahuan,
2. Peningkatan keterampilan manajemen bisnis,dan

3. peru
bahan sikap.

Untuk menghasilkan 3 hal terget pembelajaran tersebut dan memperhatikan karakteristik entrepreneur, SIYB menggunakan Prinsip Pendidikan orang dewasa dengan pendekatan pelatihan Partisipatif dan orientasi aksi peserta. Dalam pelatihan ini, pelatih hanya berperan sebagai fasilitator dan pesertalah sebagai sumber pembelajaran utama


Satu
hal yang menarik, proses pelatihan menggunakan
metode pelatihan meliputi ; diskusi kelompok, curah pendapat (brainstroming), studi kasus, latihan dan bermain peran serta simulasi bisnis (business games). Dengan berbagai metode pelatihan tersebut, peserta pelatihan SIYB akan :

1. Mendapatkan sugesti positif dan suasana menyenangkan dalam proses pelatihan
2. Aktif dan berperan penuh dalam proses pencapaian pembelajaran : pengetahuan dan keterampilan baru
3. Memperoleh rangkaian momen - momen pengalaman dan pembelajaran untuk mencapai perubahan sikap menjadi lebih baik menjadi seorang entrepreneur




Seperti yang dituliskan oleh Ciputra (Kompas,19 Februari 2009) , SIYB juga sarat dengan nilai-nilai latihan dan pendidikan yang sesuai dengan semangat entrepreneurship untuk berperan serta membangun negeri ini.

Bagaimana, tertarik menjadi entrepreneur ?

salam
edwar