Thursday, February 16, 2012

Membangun negeri Ini, harus dimulai dari desa!

" Membangun negeri ini, harus dimulai dari desa!"
(A.H. Nasution)

Saya kira apa yang disampaikan pak Nasution 60 tahun yang lalu masih relevan dengan kondisi terkini bangsa ini, khususnya apa bila dikaitkan dengan isu pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. Mengapa? Karena eh karena ... daya serap tenaga kerja di sektor formal di perkotaan saat ini sudah jenuh, tidak sebanding antara lapangan karja yang tersedia dengan jumlah pencari kerja yang terus meningkat, mau dikemanakan para sarjana yang konon pintar-pintar itu?

Disatu sisi, salah satu permasalahan desa adalah kapasitas berwirausaha tidak tumbuh sehingga ekonomi desa mandeg, peluang menciptakan nilai tambah semakin sempit. Bagi mereka, bekerja di luar desa lebih menjanjikan ... akhirnya ... urbanisasi dan migrasi meningkat pula

Lalu, mengapa harus membangun desa? Apa yang menarik di Desa?

Dikaitkan dengan isu globalisasi dan problema perkotaan, desa memiliki peran yang strategis untuk dikembangkan sebagai penyangga kota dan penyeimbang alam misalnya : Green Productivity, alami, natural. Sisi lain yang luput dari perhatian adalah Sosial Capital atau nilai-nilai desa yang semakin langka diperkotaan, misalnya : keunikan, adat, erat dengan alam dan unit kerja sosial. Faktor lainnya yang tak kalah penting adalah mitra kita apa buila mengembangkan desa yaitu pemerintahan desa, sebagai pemerintahan terkecil yang memiliki otonomi, pemilik sekali gus penguasa wilayah desa. Bayangkan ... ketika kita membangun desa, peran kepala desa hampir mirip dengan peran kepala negara, anggap saja: membangun desa adalah membangun negara ...

Ayo anak muda ... mari balik ke desa


(Terima kasih Jendral, ... statement mu 60 tahun yang lalu, tetap memberi inspirasi ....)

Wednesday, February 15, 2012

Ada Apa Dengan Cinta?

Sudah menonon film Ada Apa Dengan Cinta?

Film ini karya Rudi Soejarwo, diluncurkan pada 8 Februari 2002 (10 tahun yang lalu!) menjadi salah satu film yang menandai kebangkitan kembali film Indonesia, selain mendapat penghargaan dari Festival Film Indonesia (FFI) juga diputar dibebeapa Negara termaksud Malaysia dan Jepang.

Film ini bercerita mengenai pertemuan dua remaja yang datang dari latar belakang yang berbeda. Cinta (Dian Sastrowardoyo) selalu bersama dengan sekelompok teman "gaul"-nya, dan Rangga (Nicholas Saputra) adalah "aku" yang selalu menyendiri dengan bacaan sastranya.

Cinta adalah gadis cantik yang supel, cerdas dan sangat percaya diri. Cinta memiliki segalanya, keluarga yang sangat mencintainya, sahabat setia dan perhatian cowok idaman di sekolahnya.

Semua mulai berubah ketika Cinta bertemu dengan Rangga, cowok angkuh dan dingin. Keduanya sama-sama mencintai buku dan puisi. Kehadiran Rangga telah mengganggu emosi Cinta.

Walaupun berbagai pertentangan mewarnai keduanya, terutama yang datang dari diri mereka sendiri, cinta akhirnya tumbuh juga. Karakter Rangga yang sulit di tebak dan sangat berbeda dari dirinya, menimbulkan sensasi baru dalam diri Cinta dan mulai merubahnya. Ketika konflik memuncak, Cinta mulai berubah di mata teman-temannya. Sehingga orang-orang bertanya-tanya, "Ada Apa Dengan Cinta?"

Lalu apa yang membuat film ini tetap menarik ditonton?

Kekuatan film ini adalah Pesan moral “Cinta” yang dikemas dengan sederhana, manusiawi, mendidik dan latar belakang cerita yang sangat “mengIndonesia”. Bermula dari Lomba Puisi (sudah lama tidak terdengar perlombaan seperti ini), ada buku sastra "Aku" karya Syumandjaya, toko buku bekas di Kwitang, tokoh sang bapak yang tersingkirkan di era Reformasi karena anti KKN dan tentunya rasa cinta yang tumbuh karena "ke Akuan" sosok Rangga yang berkarakter. Juga lagu-lagu karya Melly Goeslow dan Anto Hoed menjadi kekuatan yang mengiringi film ini dan tentunya,... puisi-puisi cinta Rangga yang membuat Cinta melambung …

Film seperti ini jarang kita temukan dalam film-film produk Indonesia yang pada umunnya minim pesan moral dan cenderung hedonis dewasa ini. Akhirnya, hanya sebuah karya yang baik yang akan menjadi monumen untuk diakui dan dikenang ...

Puisi Rangga untuk Cinta:

Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan

Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Lalu sekali ini aku melihat karya surga
dari mata seorang hawa

Ada apa dengan cinta?

Tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya..

Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu ...
Itu saja.

(mantap kan? …)