Namun yang mengherankan, mengapa perusahaan ini tidak tumbuh menjadi mapan dan besar? Berbagai pelatihan kewirausahaan dari pemerintah maupun lembaga pelatihan sudah diikuti, tetapi tetap tidak membantu. Ada apa dengan teman kita ini?
Saya teringat dengan salah satu referensi mengenai entrepreneurship (sorry bro, saya lupa sumber referensinya!) bahwa kompetensi seseorang itu terdiri dari dua hal yaitu Hard-skill dan Soft-skill. Hard-skill terdiri dari Knowledge (pengetahuan) dan Know-how (Keterampilan), cerita teman kita diatas sudah memiliki 2 hal ini, dia memilki pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan-pelatihan dan berbagai referensi mengenai dunia bisnis serta memiliki keterampilan membuat produk kain perca.
Namun satu hal lagi yang penting dan sering terabaikan adalah Soft-skill, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan mental, diantaranya adalah jiwa entrepreneur atau kemampuan untuk menciptakan nilai tambah diatas keterbatasan. Oleh karenanya, seorang entrepreneur akan identik dengan karakter diri, sikap berani menanggung resiko, kreatif, inovatif, tangguh dan sebagainya.
Kondisi ini sudah menjadi cerita klasik Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sering kita temui UKM (tidak dibaca: Usaha Kurang Meyakinkan!) yang memiliki produk dan pangsa pasar yang prospek tetapi memiliki permasalahan klasik berulang-ulang, sehingga hidupnya tetap tidak berubah dari tahun ke tahun, bahkan semakin terlindas oleh persaingan bisnis yang semakin spesialis dan semakin kompleks (hyper competitive) akhir-akhir ini. Mereka ini bukan entreprenenur, tetapi pengusaha atau seseorang yang melakukan /memiliki usaha.
Oleh karenanya, untuk menjadi seorang entrepreneur yang tangguh tidak cukup hanya berbekal pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga perlu disertai dengan masalah mental, khususnya jiwa yang dapat menciptakan nilai tambah.
Salam
edwar
No comments:
Post a Comment